Pages

Jumat, 12 Oktober 2012

KEHIDUPAN MASYARAKAT BADUY LEBAK BANTEN



KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatNya sehingga penulis bisa menyelesaikan karya tulis yang berjudul “ KEHIDUPAN MASYARAKAT BADUY LEBAK BANTEN ”.
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis telah berusaha semaksimal dan sekuat mungkin untuk memaksimalkan penulisan karya tulis ini. Namun sebagai manusia biasa,penulis tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan baik dari segi tekhnik penulisan maupun tata bahasa. Tetapi walaupun demikian penulis berusaha sebisa mungkin menyelesaikan karya tulis meskipun tersusun sangat sederhana. Saya menyadari tanpa kerja sama antara guru pembimbing dan penulis serta beberapa kerabat teman yang memberi berbagai masukan yang bermanfaat bagi penulis demi tersusunnya karya tulis ini. Untuk itu penulis mengucapakan terima kasih kepada pihak yamg tersebut diatas yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan saran demi kelancaran penyusunan karya ilmiah ini.
Demikian semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca pada umumnya. Saya mengharapkan saran serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun.
Terima Kasih.


                                                                                                  Bogor, Oktober 2012
                                                                                    
                                                                                                              Penulis

       




Akhir tahun 2010 tersirat ingatan bagaimana perjalanan berharga saya untuk mengetahui salah satu budaya yang ada di Indonesia, mungkin banyak sekali kalo kita membahas tentang budaya yang ada di Indonesian, ratusan mungkin ribuan banyaknya. Tapi kali ini untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen pembimbimg saya, dengan sepengetahuan saya dan yang saya kutip dari berbagai sumber saya akan mencoba berbagi pengetahuan tentang salah satu suku budaya yang ada di Provinsi Banten, yaitu Suku Baduy.

ORANG BADUY/KANEKES
Orang Kanekes atau orang Baduy adalah suatu kelompok masyarakat adat Sunda di wilayah Kabupaten LebakBanten. Populasi mereka sekitar 5.000 hingga 8.000 orang, dan mereka merupakan salah satu suku yang menerapkan isolasi dari dunia luar. Selain itu mereka juga memiliki keyakinan tabu untuk difoto.
                                                         
                                                                                   Masyarakat suku Baduy


Etimologi
Sebutan "Baduy" merupakan sebutan yang diberikan oleh penduduk luar kepada kelompok masyarakat tersebut, berawal dari sebutan para peneliti Belanda yang agaknya mempersamakan mereka dengan kelompok Arab Badawi yang merupakan masyarakat yang berpindah-pindah (nomaden). Kemungkinan lain adalah karena adanya Sungai Baduy dan Gunung Baduy yang ada di bagian utara dari wilayah tersebut. Mereka sendiri lebih suka menyebut diri sebagai urang Kanekes atau "orang Kanekes" sesuai dengan nama wilayah mereka, atau sebutan yang mengacu kepada nama kampung mereka seperti Urang Cibeo (Garna, 1993).

Wilayah
Wilayah Kanekes secara geografis terletak pada koordinat 6°27’27” – 6°30’0” LS dan 108°3’9” – 106°4’55” BT (Permana, 2001). Mereka bermukim tepat di kaki pegunungan Kendeng di desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak-Rangkasbitung, Banten, berjarak sekitar 40 km dari kota Rangkasbitung. Wilayah yang merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng dengan ketinggian 300 – 600 m di atas permukaan laut (DPL) tersebut mempunyai topografi berbukit dan bergelombang dengan kemiringan tanah rata-rata mencapai 45%, yang merupakan tanah vulkanik (di bagian utara), tanah endapan (di bagian tengah), dan tanah campuran (di bagian selatan). suhu rata-rata 20 °C. Tiga desa utama orang Kanekes Dalam adalah CikeusikCikertawana, dan Cibeo.

Bahasa
Bahasa yang mereka gunakan adalah Bahasa Sunda dialek Sunda–Banten. Untuk berkomunikasi dengan penduduk luar mereka lancar menggunakan Bahasa Indonesia, walaupun mereka tidak mendapatkan pengetahuan tersebut dari sekolah. Orang Kanekes Dalam tidak mengenal budaya tulis, sehingga adat-istiadat, kepercayaan/agama, dan cerita nenek moyang hanya tersimpan di dalam tuturan lisan saja.
Orang Kanekes tidak mengenal sekolah, karena pendidikan formal berlawanan dengan adat-istiadat mereka. Mereka menolak usulan pemerintah untuk membangun fasilitas sekolah di desa-desa mereka. Bahkan hingga hari ini, walaupun sejak era Suharto pemerintah telah berusaha memaksa mereka untuk mengubah cara hidupmereka dan membangun fasilitas sekolah modern di wilayah mereka, orang Kanekes masih menolak usaha pemerintah tersebut. Akibatnya, mayoritas orang Kanekes tidak dapat membaca atau menulis menggambar.


Kelompok masyarakat
Orang Kanekes masih memiliki hubungan sejarah dengan orang Sunda. Penampilan fisik dan bahasa mereka mirip dengan orang-orang Sunda pada umumnya. Satu-satunya perbedaan adalah kepercayaan dan cara hidup mereka. Orang Kanekes menutup diri dari pengaruh dunia luar dan secara ketat menjaga cara hidup mereka yang tradisional, sedangkan orang Sunda lebih terbuka kepada pengaruh asing dan mayoritas memeluk Islam.
Masyarakat Kanekes secara umum terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtupanamping, dan dangka (Permana, 2001).
Kelompok tangtu adalah kelompok yang dikenal sebagai Kanekes Dalam (Baduy Dalam), yang paling ketat mengikuti adat, yaitu warga yang tinggal di tiga kampung: Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik. Ciri khas Orang Kanekes Dalam adalah pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala putih. Mereka dilarang secara adat untuk bertemu dengan orang asing (non WNI)
Kanekes Dalam adalah bagian dari keseluruhan orang Kanekes. Tidak seperti Kanekes Luar, warga Kanekes Dalam masih memegang teguh adat-istiadat nenek moyang mereka.
Sebagian peraturan yang dianut oleh suku Kanekes Dalam antara lain:
§  Tidak diperkenankan menggunakan kendaraan untuk sarana transportasi
§  Tidak diperkenankan menggunakan alas kaki
§  Pintu rumah harus menghadap ke utara/selatan (kecuali rumah sang Pu'un atau ketua adat)
§  Larangan menggunakan alat elektronik (teknologi)
§  Menggunakan kain berwarna hitam/putih sebagai pakaian yang ditenun dan dijahit sendiri serta tidak diperbolehkan menggunakan pakaian modern.
Kelompok masyarakat kedua yang disebut panamping adalah mereka yang dikenal sebagai Kanekes Luar (Baduy Luar), yang tinggal di berbagai kampung yang tersebar mengelilingi wilayah Kanekes Dalam, seperti Cikadu, Kaduketuk, Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, dan lain sebagainya. Masyarakat Kanekes Luar berciri khas mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam.
Kanekes Luar merupakan orang-orang yang telah keluar dari adat dan wilayah Kanekes Dalam. Ada beberapa hal yang menyebabkan dikeluarkannya warga Kanekes Dalam ke Kanekes Luar:
§  Mereka telah melanggar adat masyarakat Kanekes Dalam.
§  Berkeinginan untuk keluar dari Kanekes Dalam
§  Menikah dengan anggota Kanekes Luar
Ciri-ciri masyarakat orang Kanekes Luar
§  Mereka telah mengenal teknologi, seperti peralatan elektronik, meskipun penggunaannya tetap merupakan larangan untuk setiap warga Kanekes, termasuk warga Kanekes Luar. Mereka menggunakan peralatan tersebut dengan cara sembunyi-sembunyi agar tidak ketahuan pengawas dari Kanekes Dalam.
§  Proses pembangunan rumah penduduk Kanekes Luar telah menggunakan alat-alat bantu, seperti gergaji, palu, paku, dll, yang sebelumnya dilarang oleh adat Kanekes Dalam.
§  Menggunakan pakaian adat dengan warna hitam atau biru tua (untuk laki-laki), yang menandakan bahwa mereka tidak suci. Kadang menggunakan pakaian modern seperti kaos oblong dan celana jeans.
§  Menggunakan peralatan rumah tangga modern, seperti kasur, bantal, piring & gelas kaca & plastik.
§  Mereka tinggal di luar wilayah Kanekes Dalam.
Apabila Kanekes Dalam dan Kanekes Luar tinggal di wilayah Kanekes, maka "Kanekes Dangka" tinggal di luar wilayah Kanekes, dan pada saat ini tinggal 2 kampung yang tersisa, yaitu Padawaras (Cibengkung) dan Sirahdayeuh (Cihandam). Kampung Dangka tersebut berfungsi sebagai semacam buffer zone atas pengaruh dari luar (Permana, 2001). --110.138.244.219 12 September 2012 07.40 (UTC)--110.138.244.219 12 September 2012 07.40 (UTC)--110.138.244.219 12 September 2012 07.40 (UTC)

Asal-usul
http://bits.wikimedia.org/static-1.21wmf1/skins/common/images/magnify-clip.png
Delegasi Kanekes sekitar tahun 1920
Menurut kepercayaan yang mereka anut, orang Kanekes mengaku keturunan dari Batara Cikal, salah satu dari tujuh dewa atau batara yang diutus ke bumi. Asal usul tersebut sering pula dihubungkan dengan Nabi Adam sebagai nenek moyang pertama. Menurut kepercayaan mereka, Adam dan keturunannya, termasuk warga Kanekes mempunyai tugas bertapa atau asketik (mandita) untuk menjaga harmoni dunia.
Pendapat mengenai asal-usul orang Kanekes berbeda dengan pendapat para ahli sejarah, yang mendasarkan pendapatnya dengan cara sintesis dari beberapa bukti sejarah berupa prasasti, catatan perjalanan pelaut Portugis dan Tiongkok, serta cerita rakyat mengenai 'Tatar Sunda' yang cukup minim keberadaannya. Masyarakat Kanekes dikaitkan dengan Kerajaan Sunda yang sebelum keruntuhannya padaabad ke-16 berpusat di Pakuan Pajajaran (sekitar Bogor sekarang). Sebelum berdirinya Kesultanan Banten, wilayah ujung barat pulau Jawa ini merupakan bagian penting dari Kerajaan Sunda. Banten merupakan pelabuhan dagang yang cukup besar. Sungai Ciujung dapat dilayari berbagai jenis perahu, dan ramai digunakan untuk pengangkutan hasil bumi dari wilayah pedalaman. Dengan demikian penguasa wilayah tersebut, yang disebut sebagai Pangeran Pucuk Umum menganggap bahwa kelestarian sungai perlu dipertahankan. Untuk itu diperintahkanlah sepasukan tentara kerajaan yang sangat terlatih untuk menjaga dan mengelola kawasan berhutan lebat dan berbukit di wilayah Gunung Kendeng tersebut. Keberadaan pasukan dengan tugasnya yang khusus tersebut tampaknya menjadi cikal bakal Masyarakat Kanekes yang sampai sekarang masih mendiami wilayah hulu Sungai Ciujung di Gunung Kendeng tersebut (Adimihardja, 2000). Perbedaan pendapat tersebut membawa kepada dugaan bahwa pada masa yang lalu, identitas dan kesejarahan mereka sengaja ditutup, yang mungkin adalah untuk melindungi komunitas Kanekes sendiri dari serangan musuh-musuh Pajajaran.
Van Tricht, seorang dokter yang pernah melakukan riset kesehatan pada tahun 1928, menyangkal teori tersebut. Menurut dia, orang Kanekes adalah penduduk asli daerah tersebut yang mempunyai daya tolak kuat terhadap pengaruh luar (Garna, 1993b: 146). Orang Kanekes sendiri pun menolak jika dikatakan bahwa mereka berasal dari orang-orang pelarian dari Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda. Menurut Danasasmita dan Djatisunda (1986: 4-5) orang Baduy merupakan penduduk setempat yang dijadikan mandala' (kawasan suci) secara resmi oleh raja, karena penduduknya berkewajiban memelihara kabuyutan (tempat pemujaan leluhur atau nenek moyang), bukan agama Hindu atau Budha. Kebuyutan di daerah ini dikenal dengan kabuyutan Jati Sunda atau 'Sunda Asli' atau Sunda Wiwitan (wiwitan=asli, asal, pokok, jati). Oleh karena itulah agama asli mereka pun diberi nama Sunda Wiwitan. Raja yang menjadikan wilayah Baduy sebagai mandala adalah Rakeyan Darmasiksa.

Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat Kanekes yang disebut sebagai Sunda Wiwitan berakar pada pemujaan kepada arwah nenek moyang (animisme) yang pada perkembangan selanjutnya juga dipengaruhi oleh agama BuddhaHindu, dan Islam. Inti kepercayaan tersebut ditunjukkan dengan adanya pikukuh atau ketentuan adat mutlak yang dianut dalam kehidupan sehari-hari orang Kanekes (Garna, 1993). Isi terpenting dari 'pikukuh' (kepatuhan) Kanekes tersebut adalah konsep "tanpa perubahan apa pun", atau perubahan sesedikit mungkin:
Lojor heunteu beunang dipotong, pèndèk heunteu beunang disambung.
(Panjang tidak bisa/tidak boleh dipotong, pendek tidak bisa/tidak boleh disambung)
Tabu tersebut dalam kehidupan sehari-hari diinterpretasikan secara harafiah. Di bidang pertanian, bentuk pikukuh tersebut adalah dengan tidak mengubah kontur lahan bagi ladang, sehingga cara berladangnya sangat sederhana, tidak mengolah lahan dengan bajak, tidak membuat terasering, hanya menanam dengan tugal, yaitu sepotong bambu yang diruncingkan. Pada pembangunan rumah juga kontur permukaan tanah dibiarkan apa adanya, sehingga tiang penyangga rumah Kanekes seringkali tidak sama panjang. Perkataan dan tindakan mereka pun jujur, polos, tanpa basa-basi, bahkan dalam berdagang mereka tidak melakukan tawar-menawar.
Objek kepercayaan terpenting bagi masyarakat Kanekes adalah Arca Domas, yang lokasinya dirahasiakan dan dianggap paling sakral. Orang Kanekes mengunjungi lokasi tersebut untuk melakukan pemujaan setahun sekali pada bulan Kalima, yang pada tahun 2003 bertepatan dengan bulan Juli. Hanya Pu'un atau ketua adat tertinggi dan beberapa anggota masyarakat terpilih saja yang mengikuti rombongan pemujaan tersebut. Di kompleks Arca Domas tersebut terdapat batu lumpang yang menyimpan air hujan. Apabila pada saat pemujaan ditemukan batu lumpang tersebut ada dalam keadaan penuh air yang jernih, maka bagi masyarakat Kanekes itu merupakan pertanda bahwa hujan pada tahun tersebut akan banyak turun, dan panen akan berhasil baik. Sebaliknya, apabila batu lumpang kering atau berair keruh, maka merupakan pertanda kegagalan panen (Permana, 2003a).
Bagi sebagian kalangan, berkaitan dengan keteguhan masyarakatnya, kepercayaan yang dianut masyarakat adat Kanekes ini mencerminkan kepercayaan keagamaan masyarakat Sunda secara umum sebelum masuknya Islam.

Pemerintahan
Masyarakat Kanekes mengenal dua sistem pemerintahan, yaitu sistem nasional, yang mengikuti aturan negara Indonesia, dan sistem adat yang mengikuti adat istiadat yang dipercaya masyarakat. Kedua sistem tersebut digabung atau diakulturasikan sedemikian rupa sehingga tidak terjadi benturan. Secara nasional, penduduk Kanekes dipimpin oleh kepala desa yang disebut sebagai jaro pamarentah, yang ada di bawah camat, sedangkan secara adat tunduk pada pimpinan adat Kanekes yang tertinggi, yaitu "Pu'un".
Pemimpin adat tertinggi dalam masyarakat Kanekes adalah "Pu'un" yang ada di tiga kampung tangtu. Jabatan tersebut berlangsung turun-temurun, namun tidak otomatis dari bapak ke anak, melainkan dapat juga kerabat lainnya. Jangka waktu jabatan Pu'un tidak ditentukan, hanya berdasarkan pada kemampuan seseorang memegang jabatan tersebut.
Pelaksana sehari-hari pemerintahan adat kapu'unan (kepu'unan) dilaksanakan oleh jaro, yang dibagi ke dalam empat jabatan, yaitu jaro tangtujaro dangkajaro tanggungan, dan jaro pamarentahJaro tangtu bertanggung jawab pada pelaksanaan hukum adat pada warga tangtu dan berbagai macam urusan lainnya. Jaro dangka bertugas menjaga, mengurus, dan memelihara tanah titipan leluhur yang ada di dalam dan di luar Kanekes. Jaro dangka berjumlah 9 orang, yang apabila ditambah dengan 3 orang jaro tangtu disebut sebagai jaro duabelas. Pimpinan dari jaro duabelas ini disebut sebagai jaro tanggungan. Adapun jaro pamarentah secara adat bertugas sebagai penghubung antara masyarakat adat Kanekes dengan pemerintah nasional, yang dalam tugasnya dibantu oleh pangiwacarik, dan kokolot lembur atau tetua kampung (Makmur, 2001).

Mata pencaharian
Sebagaimana yang telah terjadi selama ratusan tahun, maka mata pencaharian utama masyarakat Kanekes adalah bertani padi huma. Selain itu mereka juga mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual buah-buahan yang mereka dapatkan di hutan seperti durian dan asam keranji, serta madu hutan.

Mata pencaharian suku Baduy


Interaksi dengan masyarakat luar
Masyarakat Kanekes yang sampai sekarang ini ketat mengikuti adat-istiadat bukan merupakan masyarakat terasing, terpencil, ataupun masyarakat yang terisolasi dari perkembangan dunia luar. Berdirinya Kesultanan Banten yang secara otomatis memasukkan Kanekes ke dalam wilayah kekuasaannya pun tidak lepas dari kesadaran mereka. Sebagai tanda kepatuhan/pengakuan kepada penguasa, masyarakat Kanekes secara rutin melaksanakan seba ke Kesultanan Banten (Garna, 1993). Sampai sekarang, upacara seba tersebut terus dilangsungkan setahun sekali, berupa menghantar hasil bumi (padi, palawija, buah-buahan) kepada Gubernur Banten (sebelumnya ke Gubernur Jawa Barat), melalui bupati Kabupaten Lebak. Di bidang pertanian, penduduk Kanekes Luar berinteraksi erat dengan masyarakat luar, misalnya dalam sewa-menyewa tanah, dan tenaga buruh.
Perdagangan yang pada waktu yang lampau dilakukan secara barter, sekarang ini telah mempergunakan mata uang rupiah biasa. Orang Kanekes menjual hasil buah-buahan, madu, dan gula kawung/aren melalui para tengkulak. Mereka juga membeli kebutuhan hidup yang tidak diproduksi sendiri di pasar. Pasar bagi orang Kanekes terletak di luar wilayah Kanekes seperti pasar Kroya, Cibengkung, dan Ciboleger.
Pada saat ini orang luar yang mengunjungi wilayah Kanekes semakin meningkat sampai dengan ratusan orang per kali kunjungan, biasanya merupakan remaja dari sekolah, mahasiswa, dan juga para pengunjung dewasa lainnya. Mereka menerima para pengunjung tersebut, bahkan untuk menginap satu malam, dengan ketentuan bahwa pengunjung menuruti adat-istiadat yang berlaku di sana. Aturan adat tersebut antara lain tidak boleh berfoto di wilayah Kanekes Dalam, tidak menggunakan sabun atau odol di sungai. Namun demikian, wilayah Kanekes tetap terlarang bagi orang asing (non-WNI). Beberapa wartawan asing yang mencoba masuk sampai sekarang selalu ditolak masuk.
Pada saat pekerjaan di ladang tidak terlalu banyak, orang Kanekes juga senang berkelana ke kota besar sekitar wilayah mereka dengan syarat harus berjalan kaki. Pada umumnya mereka pergi dalam rombongan kecil yang terdiri dari 3 sampai 5 orang, berkunjung ke rumah kenalan yang pernah datang ke Kanekes sambil menjual madu dan hasil kerajinan tangan. Dalam kunjungan tersebut biasanya mereka mendapatkan tambahan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup.



          Referensi :
§  http://id.wikipedia.org/wiki/Orang_Kanekes
§  Adimihardja, K. (2000). Orang Baduy di Banten Selatan: Manusia air pemelihara sungai, Jurnal Antropologi Indonesia, Th. XXIV, No. 61, Jan-Apr 2000, hal 47 – 59.
§  Garna, Y. (1993). Masyarakat Baduy di Banten, dalam Masyarakat Terasing di Indonesia, Editor: Koentjaraningrat & Simorangkir, Seri Etnografi Indonesia No.4. Jakarta: Departemen Sosial dan Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial dengan Gramedia Pustaka Utama.
§  Iskandar, J. (1991). An evaluation of the shifting cultivation systems of the Baduy society in West Java using system modelling, Thesis Abstract of AGS Students, [1].
§  Makmur, A. (2001). Pamarentahan Baduy di Desa Kanekes: Perspektif kekerabatan, [2].
§  Nugraheni, E. & Winata, A. (2003). Konservasi lingkungan dan plasma Nutfah menurut kearifan tradisional masyarakat kasepuhan Gunung Halimun, Jurnal Studi Indonesia, Volume 13, Nomor 2, September 2003, halaman 126-143.
§  Permana, C.E. (2001). Kesetaraan gender dalam adat inti jagat Baduy, Jakarta: Wedatama Widya Sastra.



Rabu, 10 Oktober 2012

Cara Membersihkan Keyboard Protector

Cara Membersihkan Keyboard Protector -  Bagi kita yang memiliki laptop, tentunya tidak akan aneh dengan istilah 'keyboard protektor' Apaan si keyboard protektor? adalah sebuah benda atau alat yang dipergunakan untuk melindungi keyboard, terutama keyboard laptop agar terhindar dari debu, kotoran, keringat, tumpahan air, dll. untuk lebih lengkap silahkan baca Cara Merawat Laptop Agar Tahan Lama

Tapi pernahkah anda mengetahui cara membersihkannya?

Berikut, tips yang saya lakukan dalam membersihkan keyboard ptotector :
1. Lepaskan keyboard protector dari keyboard laptop anda.
2. Siapkan alat dan bahan seperti : sabun (disini saya menggunakan shampoo untuk mobil) , kain lap chamois, dan air bersih. saya tidak menyarankan menggunakan sabun colek.
3. Keyboard protector yang sudah dilepas, hendaknya di basahin terlebih dahulu dengan air.
4. Setelah itu, kasih sabun ke seluruh bagian dari keyboard protector tersebut. Mulai dari bagian luar hingga bagian dalam. Sampai bersih. Sebaiknya menggunakan tangan saja, tidak perlu di sikat.
5. Apabila sabun sudah dirasakan merata pada keyboard protector, segera bilas dengan air bersih. Pastikan tidak ada sabun yang masih menempel pada keyboard protector.
6. Setelah itu, keringkan dengan lap chamois.
7. Pastikan seluruh bagian keyboard protektor telah kering dari air. Setelah itu, keyboard protektor dapat kembali dipasang pada laptop kita.

Alhasil, keyboard protector jadi bersih , sehingga tidak merusak pemandangan laptop kita.


Read more: http://all-cyber.blogspot.com/2012/07/cara-membersihkan-keyboard-protector.html#ixzz28ugxpjHu

Cara Mengganti Tampilan Bootscreen Windows XP


Apakah Anda sudah bosan dengan bootscreen bawaan dari windows XP? Anda bisa saja mengubah sesuai dengan keinginan Anda sendiri. Tetapi tentu saja kali ini penulis akan mempraktikkannya melalui sebuah tools. Adalah salah satu utilty dari TuneUp Utilities yang bisa digunakan untuk mengubah boot screen maupun welcome screen.
Cara Mengganti Tampilan Bootscreen Windows XP Image
Sehingga nantinya dengan aplikasi ini Anda bisa membuat Tampilan Bootscreen yang tadi default menjadi gambar Apple (misalnya). Walaupun tergolong pada aplikasi premium yang  di haruskan membayar, pengembangnya juga memberikan versi trial nya selama 15 hari. Tidak ada salah nya di coba.
Tetapi bagi Anda yang ingin menikmatinya dalam melebih batas waktu trial (15 hari), Anda bisa mencari Informasi nya di Google sudah banyak bertebaran, karena tentu saja kami tidak akan membahasnya disini. Untuk versi Trialnya bisa di download di http://www.tune-up.com/download/. Download dan Install terlebih dahulu Softwarenya ke PC Anda.
Lantas bagaimana cara menggunakan aplikasi ini? Caranya sangat mudah, antara lain sebagai berikut:
1.    Buka TuneUp Utilities 2012. Klik tab Costumize Windows > Boot Screen.Cara Mengganti Tampilan Bootscreen Windows XP Image
2.    Kemudian akan keluar jendela TuneUp Styler, Untuk dapat mengubah boot screen, klik Create New.Cara Mengganti Tampilan Bootscreen Windows XP Image
3.    Akan keluar jendela tampilan Create Bot Screen, disini anda bisa mengatur semua tampilan mulai dari gambar, sampai pada fill warna yang nantinya akan tampil di boot screen. aturlah sesuka hati Anda. Setelah selesai klik Save Boot Screen.Cara Mengganti Tampilan Bootscreen Windows XP Image
4.    Kemudian akan Anda akan kembali ke pengaturan sebelumnya, pilih boot screen yang sudah Anda buat sebelumnya. Lalu klik kanan > Install. Atau pada pilih di bawah langsung saja klik pilihan Apply.Cara Mengganti Tampilan Bootscreen Windows XP Image
5.    Akan keluar jendela peringatan, pilih Install Boot Screen.Cara Mengganti Tampilan Bootscreen Windows XP Image
6.    Lalu PC anda akan me-Restart. Tampilan boot screen akan berubah seperti yang sudah anda atur sebelumnya pada langkah no 3.
Memang dalam mencoba metode ini bisa di lakukan secara manual dan tergolong rumit, oleh karena itu Tools adalah jalan satu-satunya untukmenghindari Error. Sejauh ini penulis sudah mencobanya dan aman-aman saja. Selamat Mencoba!

Jumat, 05 Oktober 2012

Cara Reset Ink Level Printer Canon MP145


Biasanya setelah kita merefill / isi ulang tinta Ink level (Level tinta) itu masih akan terdetect kosong oleh printer, Kenapa bisa seperti itu?

Itu bukan karna kesalahan si tukang service yang merefill cartridgenya itu karna kita tidak menggunakan tinta original.

Begitupun jika anda mengganti cartridge original yang sudah habis dengan cartridge compatibel maka Ink level (Level tinta) masih akan tersetect kosong.

Lalu bagaimana saya bisa tahu kalau tintanya sudah mulai habis?
Caranya sangatlah mudah yaitu kita hanya perlu mereset Ink level (Level tinta) dengan begitu Ink level di status monitor akan terlihat penuh sama ketika kita pertama kali membeli printer dan menggunakan tinta original.

Berikut cara reset Ink Level :

  1. Lepaskan kabel Power printer
  2. Kemudian hubungkan kembali sambil menekan tombol Power
  3. Dengan keadaan tombol Power masih ditekan, tekan tombol Stop/Reset 2x
  4. Kemudian lepas tombol Power maka printer akan masuk ke Service Mode tunggu sekitar 10 - 15 detik sehingga printer kembali standby
  5. Tekan tombol OK 2x untuk perintah print test page dan tunggu sampai selesai
  6. Buka tutup printer dan tunggu hingga posisi cartridge untuk dilepas
  7. Matikan printer dengan cara cabut kabel Powernya
  8. Printer dalam kondisi mati lepaskan kedua cartridgenya 
  9. Kemudian tutup kembali dan nyalakan dengan keadaan cartridge dilepas
  10. Terakhir buka lagi tutup printer dan pasang kedua cartridge yang dilepas
  11. Selesai
Semoga Bermanfaat